Multiliterasi Multitalenta

Multiliterasi Multitalenta

Februari 28, 2023 0 By Kusfandiari MM Abu Nidhat

Estuman Kusfandiari MM Abu Nidhat

Membaca Produktif dan Menulis Produktif

Cara seseorang sewaktu membaca produktif maupun menulis produktif mendeskripsikan multiliterasi. Perubahan besar sedang terjadi dan berlangsung terus-menerus tanpa ada batasnya terkait beragam variasi teks (buku, majalah, label, pamflet) dan media audiovisual (musik, seni, film, video, dan televisi). Hasil pengamatan, pengalaman, dan imajinasi bisa dituangkan pada ragam variasi teks. Teks bukan hanya apa yang tertulis, tetapi meluas pada apa yang terbaca.

Ada semacam tuntutan bagi masing-masing individu untuk membangun multiliterasi dalam ragam aktivitas :  keterlibatan, melakukan respon timbal balik, melakukan elaborasi, melakukan peninjauan ulang, dan melakukan presentasi. Hal ini memang tidak mudah. Seiring dengan perjalanan kehidupan, seseorang bisa meng

Multiliterasi tidak bisa diajarkan secara formal. Namun pembelajaran multiliterasi bisa diselenggarakan sebagai pembelajaran dasar berbasis kerja ilmiah. Sebagaimana definisi awal bahwa pendidikan dan pembelajaran adalah usaha sadar agar diri seseorang melakukan perubahan ke arah yang maju dan lebih baik. Maka pembelajaran dasar multiliterasi bisa disampaikan dengan harapan bisa membangun karakter siswa yang siap dari berbagai segi dalam menjalani kehidupan baik di sekolah, tempat kerja dan masyarakat.

Pembelajaran multiliterasi diimplementasikan dengan memanfaatkan beragam sumber belajar dan stimulasi literasi kritis. Engaged learning diimplementasikan melalui pemanfaatan metode pembelajaran dan pengembangan aktivitas yang mengintegrasikan aspek pikiran, perasaan, dan motivasi intrinsik.

Tidak ada satu-satunya desain yang ampuh membangun karakter ini, kecuali berusaha menghubungkan 4 keterampilan multiliterasi (membaca, menulis, berbahasa lisan, dan ber-IT) dengan 10 kompetensi belajar secara khusus abad ke 21. Keterhubungan empat keterampilan multiliterasi ini bukanlah basa-basi “asal atasan senang”, tetapi harus benar-benar disampaikan kepada para siswa di saat guru melakukan presentasi pokok bahasan tertentu pada mata pelajaran tertentu dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya terkait dengan talenta yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Tidak ada alasan untuk kehilangan durasi pembelajaran.

Sebagai dasar pendidikan dan pembelajaran yang berorientasi pada upaya dalam membangun wawasan dan pemahaman siswa agar mereka mampu mengembangkan keterampilan berpikir (kritis, kreatif, problem solving dan metakognisi), pembelajaran dasar multiliterasi memang merupakan keniscayaan. Tidak ada alasan menolak perubahan ini.

Multiliterasi multitalenta memang harus benar-benar dibangun dan dikembangkan. Orientasinya tidak sekedar mencagkup kemampuan mengidentifikasi tujuan teks, sasaran pembaca teks, dan implikatur teks. Sebab, tantangan berikutnya bagaimana setiap individu bisa beradaptasi terhadap strategis e-learning yang nyata-nyata memudahkan seluruh lapisan masyarakat untuk mengakses dan secara intens memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Oleh sebab itu, siapapun harus berani melangkah lebih maju dengan kesadaran penuh untuk tenggelam dalam tiga ciri pembelajaran literasi, yaitu Responding, Revising, dan Reflecting.

Peran GPMB dalam Mengembangkan Kecakapan

Meski sebagai organisasi binaan Perpustakaan Daerah, GPMB  diharapkan sebagai organisasi mandiri yang tidak  mutlak bergantung kepada pembinanya dalam hal pendanaan organisasi. Artinya, ruang gerak GPMB terbuka lebar untuk melakukan apa saja sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) untuk melaksanakan kegiatan termasuk penggalangan dana untuk kegiatan . 

Sebagai pembuka jalan, GPMB berusaha agar masyarakat melek literasi, dan membangun multiliterasi serta multitalenta. Pada gilirannya masing-masing individu bakal menjadi pribadi yang tangguh sebagai generasi yang berkualitas, tangguh, dan mampu beradaptasi dalam situasi dan kondisi perubahan besar yang terjadi. Intinya mengarah kepada pembangunan ekonomi warga yang mengalami kemajuan yang signifikan.

Menurut Adin Bondar (Media Pustakawan : Media Komunikasi Antar Pustakawan halaman 76), GPMB memberikan informasi tentang sejumlah pengaruh literasi terhadap pembangunan ekonomi, antara lain mengembangkan aneka kecakapan, komunikasi, profesional, dan sosial.

GPMB harus berusaha meyakinkan dan menyadarkan warga setempat bahwa membaca berdampak kepada perubahan ekonomi. Perubahan ekonomi dimaksudkan perubahan kualitas hidup ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.

Untuk usaha tersebut di atas, GPMB secara gencar melakukan sosialisasi terkait dengan beragam Kecakapan Hidup (Life Skill), yang terbagi menjadi dua, yaitu kecakapan hidup umum (General Life Skill/ GLS) dan kecakapan hidup khusus (Specific Life Skill/SLS). GPMB tidak bermaksud merebut area pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, melainkan menjalin sinergitas dengan bahkan lembaga formal manapun.

GPMB harus benar-benar menguasai definisi kecakapan hidup dan rinciannya. Kecakapan Hidup umum (Generic Life Skill) mencakup : a.  Kecakapan personal (Personal Skill), yang meliputi kesadaran diri sebagai hamba Allah SWT (spiritual skill) dan kecakapan berpikir rasional (thinking skill), b.  Kecakapan sosial (Social Skill) yang meliputi kecakapan berkomunikasi (communication skill), dan kecakapan bekerja sama (collaboration skill). Tidak hanya memahami, tetapi benar-benar bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari yang kemudian diimbaskan kepada warga setempat.

Demikian pula, GPMB harus benar-benar memahami dan mengaplikasikan kecakapan hidup khusus masing-masing diri sendiri, meski dalam lingkup terbatas tetapi mendalam. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan contoh kepada para audiens. Kecakapan hidup khusus (Specific Life Skill) terdiri atas kecakapan akademi (academic skill), dan  kecakapan vokasional (vocational skill).

Dan yang tidak kalah pentingnya ialah Vocational skills. Vocational skills merupakan upaya untuk menjembatani kesenjangan antara kurikulum/program pembelajaran dengan kebutuhan masyarakat, dan bukan untuk mengubah total kurikulum yang telah ada. Kehadiran vocational skills mengindikasikan perlunya penyesuaian-penyesuaian program pembelajaran yang belum sesuaia dengan kondisi nyata masyarakat setempat (Depdiknas, 2002). Sekali lagi bukan mencampuri lembaga pendidikan formal, tetapi setidak-tidaknya bisa menyediakan fasilitas buku-buku yang relevan dengan vocational skills. Inilah wujud kerja sama yang baik dan produktif yang berorientasi kepada pembangunan multiliterasi multitalenta.

Ada fenomena yang menarik untuk dibahas. Banyak orang tidak bekerja di bidang yang dipilihnya di bangku kuliah. Mereka sebenarnya telah memiliki multi skill (MS) atau ketrampilan majemuk. Mereka ini berotak kreatif.

Karena tidak bekerja sesuai dengan jurusan di bangku kuliah, bukan berarti keterampilan yang bersangkutan terbengkalai. Selaras dengan pendidikan sepanjang hayat, seharusnya kita meyakini dengan adagium, di antaranya : 1. setiap keterampilan  bersemayam dalam pikiran kita masing-masing, 2. setiap pengalaman  mematangkan soft skills dan survival skills, 3. setiap keterampilan yang dimiliki akan terus terbentuk memberi warna baru bagi skill-skill lainnya, 4. setiap perpaduan sejumlah keterampilan akan menimbulkan rasa ingin tahu yang baru, 5. multi skill yang kita miliki membuat kita melihat dunia dari sudut pandang berbeda (baca: beragam), 6. dengan multi skill, semestinya kita mampu menghadapi berbagai kondisi yang kompleks. 

Secara ideal, kita berusaha setia kepada satu pilihan utama, tetapi kita tidak perlu dalam arus utama (mainstream). Semakin beragam warna dalam satu bingkai lukisan, semakin indah dipandang. Demikian pula dalam diri kita. Setiap skill membawa satu warna dalam pikiran kita. Semakin banyak skill, maka semakin indah pikiran kita dalam kompleksitas dan kesederhanaan berpikir.

Jika kita tidak perlu dalam mainstream, kita termasuk golongan anti mainstream, yaitu lawan dari mainstream yang berarti mengaktualisasikan diri berperilaku yang aneh, asing, kreatif, inovatif, unik, tidak lazim, dan tidak dilakukan oleh kebanyakan orang. Perilaku anti mainstream ini adalah sebuah tindakan yang tidak mengikuti trend saat ini.

Transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan suatu pendekatan pelayanan perpustakaan yang berkomitmen meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat pengguna perpustakaan. Transformasi ini berorientasi dapat memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan potensinya dengan melihat keragaman budaya, kemauan untuk menerima perubahan, serta menawarkan kesempatan untuk berusaha, melindungi dan memperjuangkan budaya dan Hak Asasi Manusia.

Kecakapan vokasional (keterampilan kejuruan), adalah keterampilan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat.

Orientasi Transformasi Perpustakaan : Memfasilitasi Kecakapan Vokasional

Transformasi perpustakaan memberdayakan masyarakat dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup sampai pada peningkatan ekonomi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi/digital, mengubah paradigma literasi keberaksaraan menuju paradigma literasi yang memberdayakan masyarakat.

Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial merupakan program prioritas nasional dengan tujuan untuk memperkuat peran perpustakaan umum dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang unggul melalui peningkatan kemampuan literasi untuk mewujudkan Indonesia Maju.

Sebagai kunci kemajuan peradaban dan pusat ilmu pengetahuan, transformasi perpustakan melahirkan berbagai inovasi, pusat kegiatan untuk pemberdayaan masyarakat, dan pusat kebudayaan untuk pelestarian khazanah naskah nusantara. Karenanya, perpustakaan yang telah bertransformasi merupakan hak inklusif masyarakat harus didukung dengan sinergi yang solid guna keberlanjutan program dan tercapainya kesejahteraan masyarakat melalui literasi.

Soft skill yang harus dimiliki, mencakup : berpikir kritis, komunikasi, mengakses, menganalisis, mensintesis informasi, 4. rasa ingin tahu, kreatif, dan inovatif, 5. kepemimpinan, 6. adaptasi, 7. kerja sama dan kolaborasi, 8. public speaking, 9. manajemen waktu, dan 10. networking

Semoga gambaran singkat dalam esai ini memberikan inspirasi yang bermanfaat dalam pengembangan pribadi yang multiliterasi multitalenta. Tidak cukup berdiam diri, lalu ada perubahan yang ajaib dan spektakuler.

Magelang, 20230221.14440730.19.16

Penulis tinggal di Pangkur, Budayawan, di GPMB Ngawi sebagai Penasihat.