Menikmati Lima Hari Kerja Bagian 1

Menikmati Lima Hari Kerja Bagian 1

Desember 22, 2022 0 By Kusfandiari MM Abu Nidhat

Estuman Kusfandiari MM Abu Nidhat

Lima hari kerja itu dimanifestasikan lima hari dari Senin sampai Jumat untuk bekerja. Lima hari kerja dalam sepekan. Sebelumnya enam hari kerja, di mana satu hari kerja hari Sabtu “disisipkan” kelima hari sebelumnya. Bukan kehilangan satu hari kerja. Upah kerjanya tetap dihitung sebagaimana enam hari dalam sepekan dalam sebulan. Hak upah pegawai atau pekerja tidak dikurangi sedikitpun.

Pemkab Ngawi mewacanakan program lima hari kerja seperti tertuang dalam Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 420/861.1/404.301/2022 tanggal 16 Desember 2022 tentang Edaran Lima Hari Sekolah.  Tergambar bahwa setiap Aparatur Sipil Negara (ASN) akan bekerja selama lima hari kerja terhitung mulai Senin-Jumat setiap pekan.

Belajar dari pelaksanaan lima hari kerja yang telah berlangsung di sejumlah kota, diperkirakan program ini terlaksana efektif. Pemadatan jadi lima hari kerja memang berisiko menumpuk kerja yakni bertambahnya 1/6 bagian ke masing-masing hari kerja. ASN dituntut berada pada  profesionalisme tingkat tinggi, lebih tinggi lagi daripada enam hari kerja.

ASN harus benar-benar meningkatkan etos kerja dan produktivitas kerjanya. Termasuk dalam hal ini para guru yang berada di lembaga pendidikan. Benarkah dulu bekerja seharian selama sepekan dianggap kekurangan waktu? Dan kini malah dimampatkan jadi lima hari kerja, bukankah semakin kekurangan waktu? Alokasi waktu memang sudah dipertimbangkan dan diperhitungkan. Di tingkat SLTA, satu jam pelajaran sama dengan 45 menit, di SLTP 40 menit, dan di SD 35 menit. Alokasi waktu pembelajaran sepekan untuk masing-masing mata pelajaran memang sudah diatur. Tidak usah merasa kelebihan atau kekurangan jam pelajaran. Nikmati saja apa adanya.

Dalam sehari, mengajar maksimal 8 jam pelajaran. Ada yang berujar bahwa memanfaatkan 45 menit untuk pengajaran kompetensi menulis saja, masih kekurangan waktu. Tentu saja hal ini merupakan satu alasan di antara sejumlah alasan. Yang penting semuanya punya pandangan positif.

Mengatur waktu sudah ahlinya bagi guru. Semakin tinggi “jam terbangnya”, semakin tinggi pula seni mengatur waktunya. Bahkan “sedikit menyimpang” dari silabus pun merupakan siasat untuk mencukupkan alokasi waktu yang tersedia. Toh kepala sekolah bahkan pengawas pun tidak bisa memberikan solusi yang jitu atas masalah pelik yang ada.

Juga hal ini mengingat perimbangan remunerasi alias penghargaan atas kinerja masing-masing pegawai tentu tidak terlepas dari etos kerja dan komitmen jadi pegawai. “Maksud baik” pemerintah harus benar-benar diperhatikan dan diterapkan dengan sepenuh hati. Diadakannya presensi digital untuk mengantisipasi etos dan komitmen kerja. Namun, jika di antara presensi awal dan akhir kerja menampak kebolongan, kebocoran, dan kecolongan bekerja setengah hati, itu hanyalah oknum semata. Tidak semua bersikap demikian.

Ingat niat awal sebagai ASN, li-Llaahi ta’ala mengabdi dan mencari rezeki yang halal. Bekerja sesuai dengan kompetensi dan pekerjaan yang diemban. Betapapun berat dan besarnya tugas, jika dilaksanakan dengan ikhlas, in sya’a Allah, bakal berkah dan hidup jadi nyaman dan bahagia baik di kantor maupun bersama keluarga.

Tidak banyak orang yang peduli dengan jeda waktu yang tersedia. Kebanyakan membiarkan jeda waktu berlalu begitu saja. Tahu-tahu sudah tujuh tahun bekerja. Tahu-tahu sudah sebelas tahun bekerja. Tahu-tahu …. dan seterusnya.

Alangkah bangga dan bahagia bila hari-hari selama lima hari kerja, jeda waktu yang tersedia dikelola dengan baik, baik secara pribadi maupun bersama-sama. Adapun kegiatan yang bisa dilaksanakan untuk menikmati momen jeda waktu di antara jam kerja.

1. Menikmati bekal makan siang bersama teman-teman. Bisa dilakukan tukar sebagian bekal dengan saling mencicipi. Tentu saja kalau macam bekalnya berbeda. Jika sama buat apa ditukar?

2. Menonton berita di televisi, bertukar berita lokal sewaktu berangkat kerja tadi, menonton video yang tersedia di gawai

3. Mendengarkan musik atau berkaraoke ria meski dengan suara fals atau pas-pasan dengan satu mikrofon yang dipakai secara bergantian, syukur hari-hari berikutnya memakai sejumlah wireless microphone dan pelantang suara kualitas stereo

4. Mengunjungi greenghouse (griyahijau), merawat, atau meminta benih untuk ditanam di rumah

5. Mengobrol santai bersama rekan maupun atasan dengan topik tertentu

6. Menyempatkan diri untuk mengembangkan hobi tertentu

7. Dan lain-lain, dan sebagainya yang sifatnya situasional dan kondisional

Kita sambut saja dan nikmati perubahan dari enam hari belajar jadi lima hari belajar di tahun depan (2023) Semeter Genap Tahun Pelajaran 2022/2023, semangat dan sukses selalu mengemban amanat mendidik putra-putri dengan beragam literasi. Semoga bermanfaat dan Allah meridhai.

Pangkur-Ngawi, 20221220.14440526.20.35

Penulis tinggal di Pangkur, Budayawan, di GPMB Ngawi sebagai Penasihat.