Menelusuri Jejak Kecerdasan Naturalistik Alfred Russel Wallace

Menelusuri Jejak Kecerdasan Naturalistik Alfred Russel Wallace

Februari 10, 2023 0 By Kusfandiari MM Abu Nidhat

Estuman Kusfandiari MM Abu Nidhat

Tanah Air Kita Kaya akan Keanekaragaman Hayati

Dari mana kita bisa tahu bahwa tanah air kita kaya akan keanekaragaman hayati? Dari mana kita bisa tahu bahwa di tanah air kita terdapat Badak Sumatera, Bekantan atau Monyet Belanda, Beruang Madu, Orangutan Kalimantan, Owa atau Kelempiau, Penyu Hijau, Pesut Mahakam, dan Rangkong Gading? Dari mana kita bisa tahu bahwa di tanah air kita terdapat 310 spesies mamalia, 100 spesies reptil, 8.050 spesies burung, 7.500 spesies kerang, dan 109.700 spesies serangga (kupu-kupu, lebah, atau ngengat)? Informasi yang kita peroleh tersebut dari para pakar dan pemerhati keanekaragaman hayati. Ribuan bahkan jutaan informasi yang kita peroleh, salah satu di antaranya dari Alfred Russel Wallace (1823 – 1923).

Keanekaragaman hayati bersifat multidimensi. Ada tiga komponen prinsip yang membangun, yaitu ekosistem, gen, dan jenis. Menurut konvensi, keanekaragaman hayati ialah keanekaragaman makhluk hidup dari seluruh sumber yang ada, termasuk ekosistem daratan dan perairan, serta kompleksitas ekologi. Dengan kata lain,  keanekaragaman hayati merujuk pada keanekaragaman semua jenis tumbuhan, hewan dan jasad renik (mikroorganisme), serta proses ekosistem dan ekologis di mana mereka menjadi bagiannya.

Menurut jenis, keanekaragaman genetik mencakup seluruh informasi genetik sebagai pembawa sifat keturunan dari semua makhluk hidup yang ada. Keanekaragaman jenis berkaitan dengan keragaman organisme dengan ekspresi genetis tertentu.

Menurut ekosistem, keanekaragamannya merujuk pada keragaman habitat, yaitu tempat berbagai jenis makhluk hidup melangsungkan kehidupan dan berinteraksi dengan faktor abiotik dan biotik yang ada.

Berdasarkan informasi tersebut di atas, sebenarnya keanekaragaman hayati tidak sekedar informasi mengenai jumlah jenis-jenis flora dan fauna di wilayah tertentu. Oleh sebab itu, kita patut bersyukur kepada Allah Pemelihara Jagad Raya bahwa kawasan hutan Indonesia dan ekosistem daratan lainnya mewadahi keanekaragaman hayati yang sangat luar biasa besarnya.

Kecerdasan Naturalistik

Esai berjudul Relevansi Enam Literasi Dasar dan Delapan Kecerdasan, yaitu menguraikan dan menghubungkan 6Literasi Dasar dan 8 Kecerdasan. Hasilnya ditemukan 48 karakter. Adapun salah satu kecerdasan yang dibicarakan dalam esai ini, ialah Kecerdasan Naturalistik.

Kecerdasan Naturalistik (teori terbaru dari Gardner), adalah kecerdasan dalam menyelaraskan hidup dengan alam dan seisinya. Mereka sangat peka dan menyadari perubahan yang terjadi di lingkungannya. Pemilik kecerdasan naturalistik berpotensi menjadi ahli biologi dan konservasionis karena senang berbaur dan tertarik dalam bidang: a. botani (tumbuh-tumbuhan), b. biologi (karakteristik tentang makhluk hidup), dan zoologi (ilmu tentang hewan).

Biasanya, pemilik kecerdasan naturalistik memiliki kemampuan untuk bertahan hidup di alam bebas. Hal ini ditandari dengan karakteristik yang meliputi: a. memiliki ketertarikan yang besar untuk memelihara dan menjelajahi lingkungan, b. menyadari (mudah mendeteksi) perubahan yang terjadi pada lingkungan, misalnya merasakan akan turun hujan bahkan sebelum nampak mendung, c. memiliki ketertarikan mempelajari ilmu biologi, botani, dan zoologi, d. mampu membedakan berbagai flora dan fauna, e. menyukai aktivitas di luar ruangan berkebun, berkemah, dan mendaki), f. tertarik dan sayang dengan makhluk hidup di sekitar, g. tidak menyukai aktivitas macam apapun yang bisa merusak lingkungan, dan h. suka membaca buku atau menonton tayangan tentang alam.

Tentang Alfred Russel Wallace dan Kawan-kawan

Dari karakteristik yang diuraikan tersebut di atas, kita punya referensi, meski dengan informasi yang terbatas, yaitu tokoh-tokoh legendaris dengan kecerdasan naturalistik di abad ke-17 dan abad ke-18, yaitu :

Alfred Russel Wallace (8 Januari 1823 –  buku yang diterbitkan : 1. A Voyage Up the River Amazon, with a residency at Pará (1847), 2.  Palm Trees of the Amazon and Their Uses (1852), dan 3. Travels on the Amazon (1852), Sarawak Law (makalah 1855)

Charles Lyell ahli geologi buku yang diterbitkan “Species Notebook“, Principles of Geology

Henry Walter Bates (8 Februari 1825 – 16 Februari 1892), seorang entomolog (ilmuwan serangga), naturalis, dan petualang Inggris. Buku yang diterbitkan “The Naturalist on The River Amazons

Friedrich Wilhelm Heinrich Alexander von Humboldt (14 September 1769 – 6 Mei 1859) adalah seorang polymath Jerman, ahli geografi, naturalis, penjelajah, dan pendukung filsafat and ilmu sains Romantisisme. 

Charles Robert Darwin (12 Februari 1809 –19 April 1882) adalah seorang naturalis dan ahli geologi Inggris, paling dikenal untuk kontribusinya terhadap biologi evolusioner. 

William Henry Edwards (15 Maret 1822 – 4 April 1909) adalah seorang etnomolog berpengaruh di Amerika Serikat. Edwards lahir di Hunter, Kabupaten Greene, New York. Buku yang diterbitkan “The Butterflies of North America” (diselesaikan pada 1897)

Spesial Alfred Russel Wallace

Pada akhir perjalanannya (dan sepanjang sisa hidupnya), ia terkenal dengan studinya tentang zoogeografi, termasuk penemuan dan deskripsi tentang diskontinuitas fauna yang sekarang menyandang namanya, yaitu The Wallacea Line. Garis Imajiner Wallacea adalah garis yang memisahkan wilayah geografi dari fauna Asia dengan Australia. Garis ini dimulai dari Selat Lombok ke utara hingga Selat Makassar, Laut Sulawesi, dan Kepulauan Sangihe. Daerah di bagian barat garis ini (Bali dan Borneo) dapat ditemukan flora dan fauna asiatis. Sedangkan daerah di bagian timur garis ini (Lombok dan Sulawesi) dapat ditemukan flora dan fauna peralihan (australasia).

Deskripsi sekaligus definisi tersebut di atas memang tampak ringkas dan sekilas. Di balik itu, terdapat perjuangan panjang yang melelahkan dan berdarah-darah. Itu semua hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki kecerdasan naturalistik, dan tentu didampingi asisten dan pemandu alam dari warga setempat. Mereka memiliki kemampuan untuk bertahan hidup di alam bebas.

 Guru Galib berimajinasi (berasumsi seandainya ia terlibat dalam penjelajahan yang dilakukan Wallace). Dalam hal ini meski tidak secara eksplisit, seluruh anggota dalam tim Wallace, telah memiliki bekal, yaitu sepuluh cara orang sukses mengatasi kesulitan, yaitu : 1. belajar dari setiap kesalahan yang pernah dilakukan, 2. berdamai dengan keadaan (kenyataan yang ada), 3. bersikap percaya diri dalam menghadapi setiap kesulitan, 4. mempertahankan pola pikir positif, 5. menetapkan tujuan secara terinci dan terukur, 6. mengambil pelajaran dari setiap kesulitan yang pernah dialami, 7. mengatasi kesulitan sesegara mungkin untuk meraih kesempatan, 8. menyiapkan mental sebaik-baiknya secara berkesinambungan, 9. menyikapi masalah dengan sikap gembira dan tertawa, dan 10. tidak pernah mudah menyerah.

Salah satu contoh bagaimana cara Wallace mengambil sampel jenis burung. Tentu hal ini tidak mudah dilakukan karena mereka liar dan berada di alam liar. Meskipun jumlahnya cukup banyak di alam, untuk menangkapnya tidaklah mudah. Salah satu cara yang bisa dilakukan ialah dengan memikat. Memikat burung ialah memancing (baca : mengundang) burung agar mereka mau  mendekat di tempat yang telah ditentukan dengan perangkap tertentu. Cara ini tidak bisa 100% berhasil. Zaman dulu belum ada kurungan atau kandang, tetapi berupa semacamnya yang dibuat secara mendadak di hutan belantara. Bahan-bahan seadanya setempat, dari ranting-ranting kering yang dirakit dan dirangkai. Di depan rakitan terdapat ranting yang dipasang sebagai tangkringan. Sedangkan pintu rakitan dibuat sedemikian rupa agar saat ada burung yang masuk pintunya akan menutup sendiri (otomatis). Rakitan ditaruh di dekat tumbuhan berbunga atau semak belukar habitat burung yang bersangkutan.

Berikutnya makanan kesukaan burung-burung yang bersangkutan. Tidak bisa dilakukan uji coba dan keliru atau trial and error. Penduduk setempat mungkin sudah tahu makanan yang dimaksud, bisa berupa buah ataupun biji-bijian. Makanan ditaruh di wadah seadanya dalam rakitan. Makanan inilah yang menarik burung untuk masuk ke dalam rakitan.

Bisa pula membuat jebakan yang ditempeli pulut (pulut sawo, pulut nangka, pulut karet). Bedanya, tidak usah membuat rakitan, tetapi cukup ranting pohon yang dipilih ditempeli pulut. Caranya basahi telapak tangan dengan air, ambil pulut secukupnya, kemudian tempelkan pada ranting, dan pastikan pulut menempel merata. Cara ini dimaksudkan agar saat menempel burung tidak mudah lepas. Bagian tubuh yang menempel biasanya kedua kaki, atau bahkan sebagian dari sayap.

Setelah terperangkap baik dengan cara rakitan ataupun jebakan pulut, burung yang bersangkutan bisa ditangkap dengan hati-hati.

Adapun waktu yang tepat menjebak dan atau memikat burung, yaitu pagi hari, sore hari, malam hari. Jangan sampai dilakukan pada siang hari. Secara naluriah, burung-burung tahu dan tidak akan mau mendekati sesuatu yang mencurigakan.

Catatan dari Guru Galib : Selain kurungan, ada cara memikat burung yang tidak dilakukan pada waktu itu, misalnya memakai jaring dan pancingan burung pikat untulan (betina).

Seusai tidak lagi melakukan penjelajahan, Wallace menyibukkan diri dengan menulis buku-buku yang membahas mengenai zoologi. Selain itu, dia juga mengelola berbagai koleksinya dan pergi berceramah di berbagai komunitas ilmu pengetahuan, seperti Zoological Society of London. Wallace telah mengumpulkan banyak sekali koleksi flora dan fauna yang disimpan di dalam lemari. Semua koleksinya terdiri atas 1.700 serangga dari beragam jenis termasuk kupu-kupu, kumbang, lalat, lebah, belalang sembah, dan tarantula.

Mendengar istilah “hutan” di benak kita terbayang beragam pohon tinggi yang tumbuh, diselingi semak belukar dengan kerapatan. Sebagai ekosistem terestrial, pepohonan mendominasi area sebagai tempat bernaungnya beragam fauna.

Menerobos hutan penjelajah harus mempersiapkan diri dengan nyali yang kuat, bahwa medan sulit dilalui, dan kondisinya lebat. Juga kehadiran hewan buas menjadi risiko tersendiri. Jalan licin mendaki dan jalan berbatu menurun, atau sebaliknya sungguh sangat menguras tenaga. Hal semacam ini dibutuhkan bukan hanya stamina prima, tetapi semangat yang optimal.

Sejumlah bukit dengan kerapatan tumbuhan langka. Kabut putih mengambang dan tak beranjak ke mana-mana. Suasana sunyi senyap dalam keabadian. Tumbuhan berakar gantung bergelayutan, berlumut, dan berkerak. Sementara bebatuan tertutup oleh ketebalan lumut hijau gelap.

Beragam bebatuan berbagai ukuran berserakan dan menonjol di sana-sini, di sela-sela semak belukar. Tanpa tanda peradaban. Hutan aseli yang belum terjamah dan terambah oleh manusia.

Jejak-jejak hewan tertentu pun bisa dikenali permukaan tanah basah dan gembur. Rutenya pun bisa ditelusuri pada jarak tertentu. Sesudah itu seolah-olah menghilang, padahal mereka menapaki rerumputan, dedaunan, atau mungkin memanjat pohon. Penjelajah bisa mengenali tahi, bau dan suaranya. Juga bekas makanan, seperti sisa-sisa kulit buah. Mungkin saja hewan yang dimaksud itu tapir, beruang harimau, kambing hutan, rusa, landak dan sebagiannya.

Satu kekhawatiran yang harus ditepis jauh-jauh, ialah tersesat. Tidak tahu arah mata angin dalam kebingungan merupakan tantangan tersendiri. Minimnya cahaya matahari yang menerobos kelebatan hutan laksana mengenakan payung hitam pekat yang sobek berlubang. Tersesat adalah ketidakmampuan membaca “tanda-tanda” di hutan. Dan tidak mungkin mengambil keputusan untuk memotong jalur dengan mendaki tebing di sisi bukit.

Tidak jarang, penjelajah berhadapan dengan medan ekstrem, tanjakan dan turunan  tajam. Tidak jarang pula, di sisi jalan yang dilalui adalah jurang yang menganga yang siap menelan siapa saja yang lengah. Kedalamannya bisa mencapai 40 – 70 meter.

Menerobos hutan berarti penjelajah siap membayangkan tempat yang beragam tumbuhan lebat, seperti semak, rumput, jamur, paku-pakuan, pohon-pohon berkayu keras yang menjulang tinggi.

Sulitnya menerobos hutan belantara, sama halnya penjelajah berhadapan dan atau dikelilingi dengan hewan buas, hewan berbisa, hewan berduri, tumbuhan berduri, tumbuhan beracun, tumbuhan bergetah, dan tumbuhan berlugut. Juga penjelajah berhadapan dengan kenyataan bahwa banyak rintangan, tidak ada jalan setapak, dan jalan licin berlumut / becek.

Ilustrasi Pelayaran Wallace dan Kawan Kawan

Hingga saat ini belum ada artikel yang menjelaskan bagaimana pelayaran yang ditempuh Wallace.  Apakah pelayaran Wallace seperti pelayaran yang dilakukan oleh Columbus? Penjelajahan pertama (3 Agustus 1492), Christopher Columbus memulai dari Spanyol dengan tiga kapal, yaitu Nina, Pinta, dan Santa Maria ke arah barat mengarungi Samudra Atlantik, lalu mendarat di Kepulauan Kanari. Dua bulan kemudian (12 Oktober 1492), kapal-kapal itu mendarat di San Salvador, Kepulauan Bahama. Bulan-bulan berikutnya, Columbus berlayar dari pulau ke pulau di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Karibia. Columbus berlayar di sepanjang pantai barat Afrika hingga ke Tanjung Harapan.

Mungkin saja pelayaran Wallace seperti pelayaran yang dilakukan oleh James Cook. Pada 1768 di usia 40 tahun (setelah berpengalaman selama 11 tahun sebagai relawan dari Angkatan Laut Inggris), sebagai Kapten, James Cook memimpin ekspedisi ilmiah dengan Kapal Endeavour berlayar mengarungi Samudra Pasifik dan berhasil mencapai Selandia Baru. Ia berhasil memetakan garis pantai. Ekspedisi kedua Cook berlangsung selama tiga tahun, dengan melalui rute barat ke timur hingga menemukan Kaledonia Baru di Pasifik. Pada pelayaran ketiganya, Cook menemukan Hawai dan sempat terjadi konflik akrena warga pribumi mencuri kapal layarnya. 

Saat perjalanan pulang, Cook melewati lautan di selatan Jawa, kemudian berbelok menyusuri Selat Sunda. Mereka mendarat di Batavia, sebuah kota dengan kastil megah sebagai kantor pusat VOC, pada 10 Oktober 1770. Selama seminggu pertama di kota itu dia berjumpa dengan Gubernur Jenderal VOC Petrus Albertus van der Parra. Mereka membicarakan biaya perbaikan Endeavour.

Kemudian Cook dan awaknya melanjutkan pelayaran ke Pulau Onrust di Kepulauan Seribu untuk mengisi perbekalan dan memperbaiki bahtera. Mereka kembali ke Batavia lagi pada 8 sampai 25 Desember 1770, lalu melanjutkan pelayaran menuju Tanjung Harapan.

Atau apakah pelayaran Wallace seperti pelayaran yang dilakukan oleh Penjelajah Belanda? Jan Hugyen van Linschoten adalah orang Belanda yang pernah ikut bangsa Portugis ke Indonesia. Ia menulis buku berjudul Itinerario Voyage ofte Schipvaart naar Oost ofte Portugaels Indiens (Catatan Perjalanan ke Timur atau Hindia Portugal). Terbit pada 1595-1596. Penjelajah Belanda memperoleh informasi dari buku tersebut. Buku tersebut memberi pengetahuan bagi ekspedisi pertama Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Ekspedisi di bawah pimpinan Houtman melibatkan empat kapal dengan 249 awak dan dilengkapi 64 meriam. Penjelajahan bangsa Belanda mengarungi Samudra Pasifik menuju timur menempuh rute Belanda-Pantai Barat Afrika-Tanjung Harapan-Samudra Hindia-Selat Sunda-Banten.

Karena kurangnya pengalaman untuk pelayaran jauh, dari empat kapal yang diberangkatkan, tiga di antaranya berhasil mengalahkan kesulitan perjalanan. Empat belas bulan kemudian, rombongan Cornelis de Houtman sampai di Banten pada 27 Juni 1596 melewati Selat Sunda.

Terusan Suez dibangun atas prakarsa seorang diplomat Perancis, Ferdinand de Lesseps. Pembangunan Terusan Suez berlangsung selama sepuluh tahun (1859-1869). Secara kronologis, Penjelajah Belanda tidak mungkin melewati Terusan Suez, karena Terusan Suez baru dibangun 273 tahun kemudian (1869-1596).

Selain itu, sebelum melakukan perjalanan jauh, Wallace dan kawan-kawan telah membekali diri tentang ilmu kesehatan, karena tidak menutup kemungkinan, mereka bisa tertimpa musibah beragam penyakit. Mereka tentu pernah mendengar terjadinya wabah pes, kolera, tipus dan beragam penyakit menular lainnya yang telah menewaskan jutaan jiwa. Mereka juga mendengar informasi bahwa beragam penyakin yang semakin kompleks mulai mendapat solusi ketika ditemukan vaksi pencegah penyakit. Termasuk pula mekanisme rekam medis yang mulai dikembangkan.

Di usia 44 tahun (1866) Wallace memutuskan menikah dengan kekasihnya, Annie Mitten. Bersama Annie Mitten, ia mengarungi bahtera rumah tangga selama 46 tahun. Mungkin saja Wallace mendengar informasi bahwa Terusan Suez dibangun (1859-1869) selama 10 tahun, namun ia tidak pernah bisa menikmati “pelayaran singkat lewat Terusan Suez”.

Pada tanggal 7 November 1913 dalam usia 90 tahun, Alfred Russel Wallace wafat di rumahnya. Jasadnya kemudian dikebumikan di Broadstone Cemetery di Broadstone, Dorset, Inggris. Makam tersebut dipugar oleh AR Wallace Memorial Fund pada tahun 2000.


Pangkur-Ngawi, 20230208.14440717.20.00

Penulis tinggal di Pangkur, Budayawan, di GPMB Ngawi sebagai Penasihat.