Lahirnya Kreativitas di Jam Kosong

Lahirnya Kreativitas di Jam Kosong

Desember 29, 2022 0 By Kusfandiari MM Abu Nidhat

Estuman Kusfandiari MM Abu Nidhat

Salah satu istilah yang sangat familiar di dunia pendidikan ialah jam kosong. Jam kosong adalah durasi waktu yang disediakan untuk kelas tertentu yang ternyata tidak ada pembelajaran, dalam hal ini guru mata pelajaran yang bersangkutan tidak hadir. Ketidakhadirannya disebabkan alasan tertentu, seperti izin sakit, izin melaksanakan tugas di luar sekolah, izin cuti, dan lain-lain, dan sebagainya.

Dikatakan jam kosong karena sesuai dengan jadwal pembelajaran yang disepakati dan disebutkan dalam surat keputusan kepala sekolah, mata pelajaran tertentu di kelas tertentu yang semestinya guru yang dimaksud hadir dan menyelenggarakan pembelajaran ternyata tidak bisa dilaksanakan sebagaimana mestinya. Para siswa tidak bisa melaksanakan pembelajaran sendiri.

Biasanya jam kosong akan didatangi guru piket untuk memberikan pengarahan agar kelas yang bersangkutan ada kegiatan meski tidak sesuai dengan pembelajaran. Adakalanya, guru hanya menugasi agar para siswa menyelesaikan tugas yang tercantum di halaman tertentu pada lembar kegiatan siswa. Adakalanya pula guru piket memberanikan diri untuk memberikan tugas merangkum bab sekian, meski para siswa merasa bingung bagaimana merangkum suatu bab. Siswa yang cerdas tinggal mengutip daftar isi yang tertera pada bab tersebut. Beres.

Guru Galib berpengalaman mengajar lebih dari tiga puluh tahun mulai mengabdi di sekolah kota sampai di sekolah kecamatan. Rentang usia antara usianya dan usia para siswa mulai dari 9 tahun (21 tahun dan 12 tahun), hingga 48 tahun (60 tahun dan 12 tahun). Ia pernah tahu kelas tertentu yang mengalami jam kosong, pernah jadi guru piket, pernah sakit dan minta izin istirahat di rumah, bahkan pernah meninggalkan kelas gara-gara ia mendapat tugas kedinasan di luar sekolah.

Ada variasi sikap terhadap adanya jam kosong. Sebagian siswa menyukai jam kosong, karena mereka merasa terbebas dari suasana yang mencekam yang diciptakan oleh guru yang bersangkutan. Hal semacam ini sering terjadi karena beberapa faktor seperti siswa sedang berada dalam keadaan suntuk, penat dan lelah, mood yang buruk untuk belajar, guru mata pelajaran tidak terlalu disukai oleh murid atau faktor–faktor lainnya. Adapula yang menyayangkan karena mereka menyukai gaya guru yang bersangkutan dalam menerangkan. Sebaliknya, sebagian guru ada yang menyukai jam kosong. Hal ini disebabkan bahwa ia merasa jenuh menghadapi kelas yang tidak kondusif, meski sebenarnya ia memang tidak becus menyelenggarakan pembelajaran. Adapula sebagian guru yang merasa tidak nyaman dengan jam kosong, karena tampak kosong jadi ramai dan tidak terkendali, serta sangat mengganggu kelas lain. sebagai guru piket, mereka merasa terbebani berkeliling dan memberikan tugas-tugas kepada kelas-kelas dengan jam kosong. Demikian pula guru urusan kurikulum sangat tidak nyaman dengan kondisi semacam itu.

Terkait dengan tugas guru piket, mereka harus kreatif untuk mengisi kelas agar tetap terkendali.  Meski masing-masing menghadapi pembelajaran yang mereka selenggarakan sesuai dengan jadwal pembelajaran. Guru piket yang benar-benar bertanggung jawab akan bergerak dari kelasnya sendiri ke kelas jam kosong. Namun, tidak jarang, banyak guru piket yang membiarkan begitu saja setelah memberikan tugas, dan mengharuskan ketua kelas mengumpulkan tugas yang dimaksud kemudian menaruhnya di meja guru yang bersangkutan.

Ada sejumlah trik bagi guru piket yang bisa diterapkan agar para siswa bisa melaksanakan kegiatan produktif. Misalnya menyelenggarakan : bedah buku, bercerita atau deep talk, berdiskusi atau berdebat, berkunjung ke perpustakaan, bermain sambil belajar, melakukan pemanasan dan olahraga ringan, membaca buku kumpulan cerita pendek, membuat kreativitas kelas, menggambar dan melukis, menulis karangan bebas. Trik tersebut hanyalah gambaran kecil di antara sekian banyak cara yang bisa dilakukan. Para siswa sendiri juga punya sikap tersendiri dalam menghadapi jam kosong.

Yang penting bahwa secara berkala mereka diberi nasihat manakala mereka menghadapi jam kosong. Jangan sampai membiarkan mereka menyia-nyiakan waktu dengan membuat kegaduhan dan mengganggu pembelajaran di kelas lain. Kebiasaan buruk semacam itu harus diubah dengan sikap yang positif dengan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan eksplorasi pengetahuan dan keterampilan.

Di pihak lain, guru yang akan meninggalkan kelas yang bersangkutan harus bijaksana dan bertanggung jawab dengan memberikan tugas yang memang benar-benar bisa dilaksanakn oleh para siswa. Jadi jangan asal sekenanya memberikan tugas. Guru Galib pernah merasa geli dan tidak habis pikir, manakala temannya memberikan tugas berupa ulangan harian. Pada waktu itu Guru Galib sebagai guru piket. Kesannya seolah-olah ada ujian sekolah, dan ia jadi pengawas ujian. Sesudah ulangan, lembar jawaban dikumpulkan kemudian ia serahkan kepada “panitia” di atas meja guru yang bersangkutan.

Jam kosong memang menarik untuk dibicarakan. Dalam hal ini karena jam kosong bisa dipandang sebagai masalah serius yang harus bisa diselesaikan dengan baik terutama oleh pihak lembaga pendidikan tempat para siswa belajar. Siswa datang ke sekolah untuk belajar, sehingga saat ada jam kosong pelajaran tentunya hal ini merugikan siswa sendiri karena siswa tidak medapatkan pendidikan sebagaimana mestinya dan efektivitas belajar menjadi terganggu.

Jam kosong bukan hanya tentang efektivitas belajar menjadi terganggu, akan tetapi bisa dimaknai bahwa para siswa berpeluang untuk melakukan pelanggaran pun. Terlebih lagi tiba-tiba saja kepala sekolah dan para guru menyelenggarakan rapat dinas yang tidak keruan jeluntrungnya karena sangat banyak hal dan masalah yang dibicarakan tanpa agenda sebelumnya. Kepala sekolah dengan enak mengatakan,”Tolong diberi tugas.” Secara internal, sebenarnya guru urusan kurikulum dan guru urusan kesiswaan merasa ketar-ketir bahwa tidak menutup kemungkinan para siswa (tertentu) melakukan pelanggaran dengan beragam variasinya. Demikian pula guru urusan sarana dan prasarana merasa khawatir bahwa sejumlah perabot kelas dijadikan sasaran untuk “memenuhi hasrat kreativitasnya”.

Semua memang terpulang kepada lembaga pendidikan yang bersangkutan. Lembaga bisa melakukan inventarisasi masalah manakala ada jam kosong. Jika seluruh kelas mengalami jam kosong mendingan dipulangkan saja, meski sering terjadi kepala sekolah “mewanti-wanti” untuk tidak mudah memulangkan para siswa karena menyangkut citra lembaga pendidikan. Jika tidak dipulangkan, para siswa merasa tidak terperhatikan dan berbuat ulah agar mereka diperhatikan. Dilematis memang.

Pangkur-Ngawi, 20221227.14440604.11.23

Penulis tinggal di Pangkur, Budayawan, di GPMB Ngawi sebagai Penasihat.