Bangkitnya Petani Berliterasi

Bangkitnya Petani Berliterasi

Februari 20, 2023 0 By Kusfandiari MM Abu Nidhat

Estuman Kusfandiari MM Abu Nidhat

Berangkat dari Pupuk Anorganik Mahal dan Langka

Petani mengeluh,”Pupuk langka, kalaupun ada harganya mahal!” Dari pernyataan seperti ini sebenarnya para petani sudah bisa memperhitungkan “kerugian” yang bakal mereka alami. Tidak usah menuntut ilmu ekonomi setinggi langit atau bahkan tinggi-tinggi sekali, jika biaya operasional lebih tinggi dari hasil yang diperoleh tentu siapapun pelakunya akan merugi.

Belum lagi, obat pembasmi serangga yang juga terhitung mahal. Satu botol kecil saja bisa mencapai harga ratusan ribu rupiah. Jika biaya operasionalnya saja tinggi, bagaimana mungkin para petani memperoleh keuntungan dari usaha pertaniannya? Yang namanya usaha itu tentu diharapkan ada hasilnya, dan hasilnya itu tentu bisa memberikan kesejahteraan bagi para pelakunya.

Berangkat dari pupuk anorganik mahal dan langka, para petani bangkit untuk berusaha menghasilkan pupuk sendiri. Berawal dari obat pembasmi serangga yang mahal, para petani beranjak untuk berusaha menghasilkan obat pembasmi serangga sendiri.

Merombak Makna Peribahasa

Peribahasa lama mengatakan,”Gajah di pelupuk mata tidak tampak, semut di seberang lautan tampak”. Dari dulu peribahasa ini diartikan,”Kebenaran seseorang yang jelas ada tidak dibicarakan namun kesalahan yang sangat kecil dibesar-besarkan”. Peribahasa ini tetap berlaku, namun mengalami perubahan dengan paradigma baru, bisa kita artikan,”Seharusnya kita memperhatikan lingkungan yang ada di sekitar kita terlebih dulu, dan tidak harus memperhatikan lingkungan yang jauh, selama lingkungan di sekitar kita bermasalah dan belum ada solusinya.”

Dalam hal ini kita mesti memperhatikan masalah yang terkait dengan pertanian dan produktivitasnya yang kita hadapi sehari-hari. kita mesti bergotong-royong untuk menemukan solusinya agar kita bisa bersama-sama meningkatkan kesejahteraan.   

Hukum Ekonomi : Ketika Hasil Tani Melimpah, Harga Jualnya Turun

Hal ini disebabkan oleh kuantitas produk melimpah dan mudah diperoleh, sehingga harga jadi murah. Jika kuantitas produk melimpah, tetapi tidak mudah diperoleh berarti : terjadi penimbunan. Harga jual jadi tinggi atau tetap tinggi. Ada dua kemungkinan, pertama para petani menyimpan sebagian besar hasil pertaniannya, atau kedua oknum pedagang yang melakukan penimbunan hasil pertanian dengan harapan bisa menangguk keuntungan yang sangat besar.

Oleh sebab itu para petani harus pandai-pandai mengelola hasil pertaniannya. Hal ini mengingat bahwa modal satu-satunya yang bisa diandalkan untuk keberlangsungan roda ekonomi pertanian mereka adalah hasil pertanian yang disimpan. Hal ini mengingat pula bahwa ada masa tidak panen, yaitu masa pertumbuhan hingga menjelang panen. Masa itulah harga hasil pertanian bisa fluktuatif bahkan bisa mencapai puncak harga yang paling mahal, sebab kebutuhan akan barang tersebut memang sangat tinggi.

Mengembalikan Posisi Kearifan Lokal

Kearifan lokal (local wisdom, local Knowledge, local Genius) adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Berawal dari pandangan bahwa aplikasi sains modern telah melakukan manipulasi alam dan kebudayaan dengan mengabaikan atau menghilangkan unsur-unsur nilai dan moral seluruh kehidupan alamiah dan batiniah setempat. Sains modern telah menganggap bahwa nilai dan moral yang ada sebelumnya sudah tidak relevan untuk memahami ilmu pengetahuan.

Penggunaan pupuk anorganik dan obat pembasmi serangga kimiawi semakin tidak terbendung. Hal ini berakibat kualitas lahan pertanian jadi jauh berkurang dan sangat mengganggu ekosistem. Juga produk hasil pertanian jadi terkontaminasi (beracun) sehingga sangat mengganggu kesehatan. Hal inilah yang menyadarkan para petani untuk kembali menerapkan kearifan lokal tanpa harus terbebani dengan teori-teori yang memusingkan kepala.

Kehadiran kearifan lokal bukanlah wacana baru dalam kehidupan kita sehari-hari. Kearifan lokal sebenarnya hadir bersamaan dengan terbentuknya masyarakat kita, masyarakat Indonesia. Eksistensi kearifian lokal menjadi cermin nyata dari apa yang kita sebut sebagai hukum yang hidup dan tumbuh dalam masyarakat. Termasuk salah satu di antaranya ialah bagaimana kita memperlakukan lingkungan hidup sehingga benar-benar jadi habitat yang aman dan nyaman, serta menghasilkan produk yang bermanfaat dan menyehatkan.

Mikro Organisme Lokal

Berangkat dari pupuk anorganik mahal dan langka serta obat pembasmi serangga yang juga mahal, serta penyalahgunaan filosofi kearifan lokal, para petani berusaha memaknai kembali kearifan lokal. Selama ini kearifan lokal didengung-dengungkan hanya sebatas manis di bibir, namun jauh dari pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari. selama ini, para petani dimanjakan dengan adanya pupuk anorganik dengan dosis yang sedikit bisa meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Namun, kalau pupuk anorganik sudah tidak ramah lagi, tentu mereka harus bisa memperhitungkan untung ruginya.

Oleh sebab itu, para petani berusaha mengaplikasikan kearifan lokal. Salah satu di antaranya ialah bagaimana memanfaatkan mikro organisme lokal atau MOL. Sebagai media bioaktif (MBA) sebenarnya keberadaan MOL itu sudah ada dan sangat melimpah sejak zaman dulu. Hanya saja kita tidak menyadari akan kehadirannya.

Dengan kearifan lokal sebagai filosofi, para petani berusaha mengelola MOL agar bisa berdaya untuk berbagai kepentingan mereka dalam usaha pertanian. Dengan MOL, kita bisa membuat pupuk organik padat (POP), pupuk organik cair (POC), dan obat pembasmi serangga cair (OPSC), dan dekomposer atau biang pembuatan kompos (BPK). Hal ini mengingat bahwa MOL merupakan bahan dasar dari berbagai sumber yang mengandung unsur hara mikro, makro, bakteri pengurai bahan organik, perangsang pertumbuhan, serta agen pengendali hama dan penyakit tumbuhan.

Yang jadi persoalan dan sekaligus tantangan ialah bagaimana kita bisa “menangkap” MOL yang bertebaran di udara. Salah satu caranya ialah dengan budi daya fermentasi.

Dengan budi daya fermentasi MOL, kita bisa meraih keuntungan, di antaranya menerapkan teknologi tepat guna yang sederhana, murah, mudah, waktu relatif singkat, hasilnya benar-benar bermanfaat bagi pertumbuhan, ramah lingkungan karena tidak meninggalkan residu, biota tanah terlindungi sehingga bisa memperbaiki dan atau mempertahankan kualitas struktur tanah, serta meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian.

MOL mengandung Azotobacter sp., Lactobacillus sp., ragi, bakteri fotosintetik dan jamur pengurai selulosa yang berfungsi dalam penguraian senyawa organik. Azotobacter adalah genus bakteri yang biasanya motil, oval atau bulat yang membentuk kista berdinding tebal dan dapat menghasilkan lendir kapsuler dalam jumlah besar. Sebagai bakteri gram-negatif, bakteri ini ditemukan di tanah netral dan basa (tidak asam), di air, dan beberapa tanaman. Sedangkan ragi berbahan dasar : tepung beras, tapioka, tepung jagung. 

Lactobacillus sp. merupakan mikroflora normal usus yang paling banyak berperan menjaga kesehatan fungsi saluran cerna, sehingga genus ini banyak digunakan dalam pengembangan produk probiotik sebagai pengganti antibiotik, meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas ternak.

Sebagai fermen, ragi merupakan zat yang dapat menyebabkan fermentasi. Ragi mengandung mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biakan bagi mikroorganisme tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk butiran-butiran kecil atau cairan nutrien.

Bakteri fotosintesis atau photosynthetic bacteria (PSB) adalah bakteri autotrof yang bisa berfotosintesis dengan sendirinya. PSB punya pigmen Bakteriofil A atau B yang bisa memproduksi pigmen warna merah, hijau, hingga ungu untuk menangkap energi matahari yang digunakan sebagai bahan bakar fotosintesis.

Beberapa jenis jamur bisa melakukan degradasi selulosa dengan menghasilkan enzim selulase, yaitu Ganoderma lucidum, Penicillium nalgiovense, Humicola, Pseudomonas, Cellulomonas, Actinomycetes-Streptomyces.

Terinspirasi Infused Water

Menurut KBBI, melarutkan ialah menjadikan larut. Terdapat dua bahan, yaitu bahan yang dilarutkan (padat) dan bahan yang melarutkan (cair). Dalam teknologi Infused Water, bahan-bahan yang dilarutkan berupa blueberry, jahe, jeruk nipis, kayu manis, kiwi, lemon, mentimun, mint, raspberi, semangka, dan stroberi.  Sedangkan bahan yang dipergunakan sebagai pelarut adalah air. Tentu saja tidak bijaksana jika bahan-bahan tersebut di atas dipergunakan sebagai POC, kecuali kulit-kulitnya yang termasuk limbah. Limbah ini, setelah dicacah dimasukkan ke dapam botol kemasan transparan, kemudian ditutup dengan tutup botolnya yang pada bagian atasnya dibuat lubang-lubang solderan (secara anaerob). POC ini dibiarkan selama 7-11 hari di bawah terik matahari.

Dalam produksi terbatas kita menerapkan pola miniatur pembuatan POC dengan wadah botol kemasan. Sedangkan produksi secara massal dan berkelanjutan, kelompok tani maupun gabungan kelompok tani harus menyediakan peralatan selengkapnya, seperti drum-drum berkapasitas 100 – 300 liter, selang, katup, motor listrik, dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi seluruh kebutuhan para petani yang tergabung dan terlibat di dalamnya untuk melakukan budi daya pertanian ramah lingkungan berkelanjutan (PRLB).

Bahan NPK yang Melimpah

Sebagai senyawa, nitrogen (N) bisa kita temukan pada material organik (Rebung, Daun Gamal, pucuk-pucuk daun, dan lain sebagainya), makanan, pupuk, peledak, bahkan sampai racun. Senyawa N dari bahan-bahan ini sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif awal tanaman.

Fosfor (P) terdapat di dalam daging ayam, seafood, produk olahan susu, daging organ, dan kacang polong, batang pisang, biji coklat, dan lain sebagainya, yang sangat baik, untuk aplikasi masa primordial tanaman. Unsur N dan P agak berimbang terdapat pada bahan-bahan dai bonggol pisang, keong mas, buah-buahan, limbah dapur dan sebagainya, yang sangat baik, untuk pertumbuhan vegetatif susulan tanaman.

Sedangkan Kalium (K) terdapat di dalam pisang, kentang, ubi, tomat, kacang merah, alpukat, makanan laut (seafood), dan susu, sabut kelapa, ampas teh, dan lain sebagainya, yang sangat baik  untuk aplikasi pengisian bulir.

Media karbohidrat berupa, antara lain : air cucian beras (lira), dedak, nasi, gabah/beras dan jagung tumbuk (yang dihaluskan). Sebagai media Karbohidrat, bahan-bahan tersebut akan memunculkan MOL butuh “makanan” untuk mengolah bahan-bahan tersebut.  

 Ada Bahan sebagai Sumber Energi (Makanan dalam bentuk glukosa) Untuk sumber energi ini, biasa dalam bentuk bahan-bahan yang manis. Misalnya: molase/tetes tebu, gula merah, gula aren, gula pasir, air kelapa, isi buah maja matang, batang tebu, dll

Nasi (basi) bisa dijadikan sebagai bahan bioaktif untuk pembuatan pupuk kompos dan pupuk organik. Pembuatan nasi basi menjadi mol dilakukan dengan fermentasi dengan menggunakan wadah sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme dari nasi basi. Dengan menambah gula atau tetes tebu dan air, fermentasi berlangsung selama 3-4 hari. Hasilnya bisa digunakan sebagai media tumbuh, berkembangnya mikroorganisme, pupuk tanaman. Karena mengandung MOL, hasil ini tidak merusak lingkungan dan tidak berbahaya bagi manusia dan hewan.

Media MOL berupa bahan-bahan alami dengan penambahan  zat yang dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan tanaman (fitohormon), seperti : giberlin, sitokinin, auxin, dan inhibitor. Dengan demikian, media MOL ini berfungsi sebagaia dekomposer dan aktivator.

Salah satu buah yang bisa diandalkan sebagai media MOL, yaitu buah maja berenuk. Di dalam buah ini terkandung senyawa, : marmelosin (C13H12O3), minyak atsiri, pektin, saponin, tanin, dan 2-furocoumarins-psoralen. Adanya sifat asam dalam daging buah menjadikan Maja dapat digunakan sebagai pembersih logam besi.

Tanda-tanda dari POC berbasis MOL yang sudah jadi, yaitu : 1. permukaan, 2. aroma seperti aroma spiritus, alkohol, tuak, atau legen), 3. warna coklat tua atau kehitaman.

Selanjutnya jika akan digunakan perlu disaring. Hal ini dimaksudkan agar tidak mengganggu (menyumbat) nozzle sewaktu digunakan. Ampasnya dapat digunakan sebagai pupuk dan dapat disimpan dalam waktu lama.

Dalam budidaya tanaman untuk menghasilkan tanaman yang sehat dan subur perlu dilakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan menggunakan pestisida baik yang berbentuk cair maupun tepung. Pestisida cair diaplikasikan dengan cara disemprot dengan menggunakan alat semprot (sprayer), sedangkan pestisida yang berbentuk tepung diaplikasikan dengan menggunakan alat yang disebut duster.

Sprayer Pertanian berfungsi untuk memecah suatu cairan, larutan atau suspensi menjadi butiran cairan (spray). Alat ini digunakan untuk mengaplikasikan bahan kimia aktif seperti pestisida yang berfungsi untuk memberantas hama dan penyakit tanaman lainnya. Bagian tanaman yang diaplikasikan biasanya adalah bagian daun, tangkai, buah, dan batang supaya aman dari hama dan bibit-bibit penyakit.

Tingkat efisiensi dan efektivitas alat semprot ini sendiri ditentukan dari kualitas dan kuantitas alat semprot dan komposisi bahan pestisida yang digunakan. Kinerja sprayer sangat dipengaruhi oleh spesifikasi alat dan dosis pestisida yang digunakan. Sprayer  sangat memudahkan para petani melakukan pencegahan hama dan penyakit tanaman.

Sprayer berfungsi utama memecahkan cairan kimia aktif yang disemprotkan menjadi tetes (droplet) dan mendistribusikan secara merata pada objek yang ingin dilindungi. Di samping itu, sprayer berfungsi khusus : 1. menyemprotkan cairan insektisida untuk mencegah dan memberantas hama pada tanaman, 2. menyemprotkan cairan herbisida untuk mencegah dan memberantas gulma pada tanaman, 3. menyemprotkan cairan fungisida untuk mencegah dan memberantas penyakit, 4. menyemprotkan cairan hormon untuk tujuan tertentu pada tanaman, 5. menyemprotkan pupuk untuk menyuburkan tanaman. Penggunaan Sprayer bertujuan menentukan kalibrasi jumlah pelarut untuk kebutuhan budidaya tanaman tertentu.

Knapsack Sprayer (Penyemprot Punggung)

Knapsack sprayer (penyemprot punggung) adalah sprayer  yang dipasang di punggung pada waktu melakukan penyemprotan. Sprayer ini paling umum digunakan oleh para petani. Sprayer yang bertenaga batere menggunakan prinsip kerja pada saat tombol di pangkal tangkai penyemprot ditekan (on), di ujung tangkai cairan  kimia aktif akan keluar di ujung nozzle dalam bentuk kabut.  Tekanan udara yang dikeluarkan oleh pompa sekitar 0,7-1,0 kg/cm2. Adapun diameter nozzle bervariasi antara 0,8 – 2 milimeter,disesuaikan dengan keperluan. Kapasitas atau volume knapsack spayer berkisar 13-16 liter. Sedangkan dalam 1 hektare lahan membutuhkan POC sekitar 36-40 x tangki knapsack sprayer atau membutuhkan cairan sebanyak 468 – 640 liter POC yang sudah diencerkan.

Penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus dan jangka waktu panjang membuat tanah mengeras dan kehilangan porositas. Hal ini akan mempengaruhi penurunan hasil panen. Dengan filosofi kearifan lokal, paradigma lama terkait penggunaan pupuk anorganik dan obat pembasmi serangga berlebihan harus dihentikan sama sekali. Untuk itu benar-benar diharapkan para petani bangkit berliterasi dengan menerapkan PRLB. Semoga akselerasi PRLB segera terwujud dalam waktu yang tidak berapa lama, dalam arti tiga sampai empat musim tanam mendatang, luas lahan PRLB semakin luas dan tujuh sampai 11 musim tanam berikutnya lahan PRLB benar-benar telah mencapai 100%.

Pangkur-Ngawi, 20230211.144407.21.08

Penulis tinggal di Pangkur, Budayawan, di GPMB Ngawi sebagai Penasihat.