Berburu 11 Januari

Berburu 11 Januari

Januari 11, 2023 0 By Kusfandiari MM Abu Nidhat

Estuman Kusfandiari

Aku adalah orang yang penasaran dengan simbol-simbol, termasuk mimpi. Kelak di kemudian waktu, aku sering menggunakan simbol-simbol dalam menjalankan pekerjaan. Di zaman yang teknologinya maju, aku sering menggunakan simbol untuk menyampaikan pesan, agar tujuan yang aku targetkan lebih gampang diraih. Analogi dan pesan-pesan sederhana itu aku terjemahkan menjadi simbol-simbol yang lebih lentur dipahami. [Tokoh Kita dalam buku “Berguru kepada Waktu” 2018:11]

Lima tahun berselang, Guru Galib baru bisa membaca Biografi Tokoh Kita dengan judul “Berguru kepada Waktu”. Itupun ia usai menjalankan semacam “ritual” dengan caranya sendiri melakukan pendakian di Bukit Tidar, Magelang.

Pada tahun 1404 M dalam rangka menyebarkan ajaran Islam, sebagai seorang ulama dari Persia, oleh Sultan Muhammad I dari Kekaisaran Ottoman di Turki, Maulana Muhammad Al-Baqir yang kemudian dikenal sebagai Syekh Subakir diutus ke tanah Jawa. Beliau datang bersama pamannya, yaitu Maulana Malik Ibrahim (yang kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Gresik).

Sepak terjang Syekh Subakir dalam menyebarkan ajaran Islam dikenal luas oleh masyarakat Jawa. Selain sebagai pendakwah, beliau dikenal memiliki sejumlah kelebihan, di antaranya : pengusaha ulung, ahli rukyah, ahli meteorologi, dan geofisika. Sebagai ahli meteorologi dan geofisika inilah beliau menemukan dan memiliki batu hitam berkekuatan magis. Konon, batu hitam yang diberi nama Rajah Aji Kalacakra itu ditancapkan di Bukit Tidar, Magelang. Selain batu hitam, beliau memiliki Tombak yang diberi nama Kiai Panjang. Tombak itu juga ditanam di Bukit Tidar, dan dipergunakan sebagai tumbal di tanah Jawa untuk menangkis pengaruh negatif makhluk halus di awal penyebaran ajaran Islam di Nusantara.

Beliau juga ahli ekologi. Beliau melarang warga setempat untuk membuat sumur di kawasan Bukit Tidar. Larangan tersebut bertujuan agar mata air di bawah Bukit Tidar tetap terjaga : tidak cepat kering dan jika salah dalam membuat sumur bisa menyebabkan banjir besar.

Kisah sejumlah kelebihan Syekh Subakir membuat warga setempat dan yang berguru kepada beliau menjadi begitu fanatik. Agar fanatisme tidak mengganggu aqidah tauhid mereka, Syekh Subakir memutuskan kembali ke Persia pada tahun 1462 M. Adapun yang disebut maqam Syekh Subakir di Bukit Tidar bukan tempat bersemayamnya jasad beliau, melainkan semacam pesanggrahan beliau sewaktu menyampaikan ajaran Islam dengan bahasa yang mudah dipahami.

Di Bukit Tidar pun terdapat area Mbah Semar atau mBah Ismayajati, yang juga dikenal dengan Sabda Palon. Konon Sabda Palon adalah raja bangsa jin yang telah 9.000 tahun bersemayam di Puncak Bukit Tidar terusik dan keluar mencari penyebab timbulnya hawa panas bagi bangsa jin dan lelembut. Tentang kisah ini perlu observasi lebih lanjut. Hal ini mengingat sosok yang satu ini terdapat beberapa versi kisah dan debatabel (bisa mengundang perdebatan).

Batu Obsidian adalah salah satu jenis batuan diambil dari nama penemunya, Obsidius seorang bangsa Romawi tinggal di Pegunungan Vesuvius. Batu ini adalah jenis batuan yang terbentuk dari mineral-mineral yang terperangkap di dalam lava cair gunung berapi yang keluarnya secara tiba-tiba ke permukaan bumi ketika terjadi letusan, terbentuk akibat adanya perbedaan suhu yang ekstrim antara kondisi yang ada di dalam perut bumi dengan yang ada di luar peirmukaan bumi. Karena terbentuk dari mineral, maka batu obsidian ini kaya akan mineral dan bentuknya pun sangat indah dengan berbagai variasi warna.

Batu obsidian memiliki ciri-ciri : memiliki butiran yang halus dan juga penampakan mineral yang sejajar, bersifat keras dan membentuk serpihan-serpihan sudut yang tajam, memiliki kombinasi warna yang serupa, memiliki tanda berupa retakan. Selain ciri-ciri yang disebutkan di atas, terdapat beragam jenis batu obsidian, yaitu : batu obsidian hitam, batu obsidian coklat, batu obsidian hijau, dan batu obsidian merah.

Batu obsidian memiliki beragam manfaat, di antaranya :  sebagai perhiasan, serpihannya sebagai alat pemotong, menyembuhkan penyakit, menghilangkan penyumbatan pada saat  penyembuhan penyakit, dipergunakan dalam ilmu astrologi, dipercaya dalam ilmu klenik, dan dipercayai memiliki kekuatan magis.

Hal yang sempat dicermati oleh Guru Galib ialah apakah batu hitam yang dimiliki Syekh Subakir termasuk batu obsidian? Perlu penyelidikan lebih lanjut. Itupun batu hitam yang dimaksud ditanam di mana, dekat makam Tombak Kiai Panjang atau dekat Petilasan Pesanggrahan Syekh Subakir(?). Belum lagi, ukurannya sebesar apa(?). Juga Guru Galib sempat mengukur panjang Tombak Kiai Panjang, yaitu sekitar empat depa empat puluh sentimeter atau sekitar lima meter. Wallaahu a’lam bishshawab.

Dibandingkan dengan sebelum berkunjung, Guru Galib menyatakan sebagai di luar ekspetasinya. Artinya ia benar-benar mengagumi keberadaan Bukit Tidar sebagai destinasi wisata yang unik dengan ragam spot-spot yang disajikan. Para pengunjung pun datang dengan berbagai latar belakang kompetensi dengan tujuan yang beragam pula.

Selanjutnya sebagai pemerhati lingkungan, Guru Galib benar-benar merasa takjub dengan fasilitas yang ada serta kebersihan begitu sangat terjaga. Apresiasi selanjutnya terkait dengan destinasi wisata yang satu ini dibuka selama 24 jam, yang berarti bahwa setiap saat para pengunjung bisa datang. Sekaligus memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi para pelaku ekonomi menengah ke bawah untuk berdagang di kios-kios yang disediakan. Kerjasama yang baik antara warga setempat dan UPT Dinas Lingkungan Hidup Pemkot Magelang.

Ada satu hal yang tidak luput dari perhatian Guru Galib, ialah adanya sejumlah bong (makam) China yang tersebar di beberapa tempat di sekitar kaki bukit. Di zaman Belanda, makam-makam yang ada dikenal dengan Kerkoff (Church off-Gereja terakhir sebagai istilah tempat pemakaman). Makam-makam ini tampak berlumut yang menandakan para ahli waris sudah tidak mengurusnya.

Dan yang tidak kalah pentingnya, Guru Galib sempat bertanya-tanya : Ke mana gerangan, sekawanan kera yang biasanya sampai menampakkan diri di sisi Jalan Ikhlas yang terhalang sungai. Sewaktu mendaki pelan-pelan sampai ke puncak, tak satu pun kera yang turun. Ia sempat tahu dari kejauhan tampak sejumlah bergelantungan. Sempat pula terpikir, andaikata turun dan mereka “menyapa”, tentu ia bingung juga bagaimana ia menanggapi keramahan mereka(?)

Guru Galib berburu 11 Januari, selain mengapresiasi lirik lagu “11 Januari” – grup band Gigi yang hadir di blantika musik tanah air selama 16 tahun, sebagai penanda berusaha berwisata di Bukit Tidar dengan segenap ragam kesan yang tersimpan. Juga belajar membaca simbol-simbol yang diisyaratkan oleh Tokoh Kita di awal esai ini, yang tersebar di seluruh sudut yang tersembunyi sekalipun.

Semoga esai dan informasi ini bermanfaat.

Kemiri-Magelang, 20230111.14440618.18.32

Penulis tinggal di Pangkur, Budayawan, di GPMB Ngawi sebagai Penasihat.