Berkenalan dengan Cailin Bagian 1

Berkenalan dengan Cailin Bagian 1

Desember 31, 2022 0 By Kusfandiari MM Abu Nidhat

Estuman Kusfandiari MM Abu Nidhat

Meski memasuki tahun baru, bukan berarti semua serba baru : pakaian baru, hal baru, persoalan baru, peristiwa baru, dan lain-lain dan sebagainya. Isu lingkungan hidup menjadi topik yang selalu hangat dibicarakan. Terlebih, salah satu di antaranya masalah sampah yang tidak mungkin kunjung selesai. Harus ada solusi yang tepat guna.

Cairan lindi adalah cairan yang berasal dari paparan atau perasan timbunan sampah organik murni. Sampah organik murni ialah sampah yang berasal dari bahan organik seperti limbah sayur, daun, dan buah yang tidak bercampur dengan limbah anorganik. Dengan timbunan sampah organik murni, akan diperoleh cairan lindi murni. Cairan lindi memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro yang essensial sangat diperlukan oleh tanaman. Meski kandungan senyawanya terbatas atau belum memenuhi standar, cairan lindi sudah bisa dipergunakan sebagai pupuk organik cair (POC) dengan asumsi bahwa pemekatan cairan lindi bahkan sampai berbentuk pupuk granular melalui proses yang panjang dan berbiaya tinggi. Yang jelas para pengguna cairan lindi jangan disibukkan pada proses pupuk granular.

Tim relawan yang memperkenalkan cairan lindi kepada warga kota berharap agar warga kota dengan serta merta menyambut teknologi tepat guna. Tidak usah menunggu lama, mereka bisa mengolah sampah yang setiap hari semakin menumpuk dan baunya sangat menyengat. Dengan tong-tong plastik yang sudah disediakan, mereka tinggal memasukkan sampah organik murni dan menunggunya beberapa pekan. Sudah barang tentu ketersediaan tong plastik pengolah sampah sangat terbatas dan tidak mampu menampung sampah organik murni yang ada.

Selain pengolahan sampah organik murni yang menghasilkan cairan lindi, kini ada terobosan baru yakni pengolahan sampah organik murni jadi ecoenzyme. Penelitian dan penemuan ecoenzyme pertama kali dilakukan oleh Dr. Rosukon Poompanvong pendiri Asosiasi Pertanian Organik di Thailand. Pengolahan sampah organik murni menjadi enzim merupakan proyek besar di beberapa negara di Asia, seperti: Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina. Sebenarnya penelitian telah dilakukan sejak tahun 1980-an dan kemudian diperkenalkan secara lebih luas oleh Dr. Joean Oon, seorang peneliti Naturopathy dari Penang, Malaysia. Namun, baru marak di Indonesia belakangan ini.

Ecoenzym merupakan salah satu cara untuk mengurangi dan memanfaatkan sampah, yaitu sisa bahan pangan rumah tangga, seperti kulit mangga, kulit pisang, kulit pepaya, kulit rambutan, kulit apel, sayuran, dan sejenisnya dengan fermentasi. Komposisinya 1:3:10, yaitu gula merah atau molases 1 kilogram, limbah bahan pangan 3 kilogram, dan air 10 liter, ditaruh dalam wadah yang bersih, kemudian, tutup rapat agar tidak ada udara yang masuk (anaerob). Penyimpanan harus berada di tempat bersih dan teduh. Untuk menetralkan gas metana yang dihasilkan, di dekat wadah penyimpanan ditaruh tanaman lidah mertua atau sanseviera.

Fermentasi berlangsung selama tiga bulan atau 100 hari. Dari penyaringan akan diperoleh cairan ecoenzyme berwarna coklat gelap dan berbau khas fermentasi asam manis yang kuat. Sebagai cairan multiguna, cairan ini bisa dimanfaatkan sebagai pembersih buah dan peralatan rumah tangga, mencuci pakaian, pembersih lantai, membersihkan udara dan air, sebagai pupuk (menyuburkan tanah dan tanaman), mengusir serangga, menghilangkan hama, meningkatkan kualitas rasa buah dan sayuran yang dibudidayakan, meski di lahan terbatas..

Ecoenzyme bisa membantu memelihara kesehatan tubuh. Merendam kaki dengan cairan eco-enzyme dapat membantu detoksifikasi atau membersihkan tubuh dari logam berat. Juga dapat membantu terapi stroke, terapi diabetes, asam urat, insomnia, dan peredaran darah tidak lancar. Dan yang tidak kalah penting, yaitu mencegah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak, seperti sapi, kerbau, kambing, dan kuda.

Guru Galib yang sejak awal menyimak perbandingan kedua macam teknologi tepat guna ini menyerahkan sepenuhnya kepada warga kota: berkenalan dengan cailin atau cozym?

Yang jelas keduanya ramah lingkungan!

Pangkur-Ngawi, 20221230.14440606.11.03

Penulis tinggal di Pangkur, Budayawan, di GPMB Ngawi sebagai Penasihat.