Ketika Fonem R Salah Masuk di Kamar Fonem G

Ketika Fonem R Salah Masuk di Kamar Fonem G

Desember 22, 2022 0 By Kusfandiari MM Abu Nidhat

Estuman Kusfandiari MM Abu Nidhat

Hingga usia 22 tahun, Guru Galib mengalami cadel. Ia tidak bisa mengucapkan kata-kata yang mengandung fonem /r/. Ucapan kata-kata ini terdengar berbeda dengan kata-kata yang sama diucapkan oleh orang lain pada umumnya. Sampai ia benar-benar menyadari, dan ia tidak bisa mengubahnya karena ia tidak tahu bagaimana mengubahnya.

Perbedaan pengucapan ini membuat Guru Galib kecil tidak percaya diri. Apa lagi pada waktu kecil dulu, sejumlah teman menggodanya dengan ucapan seolah-olah cedal meniru cedalnya. Meski hanya senda gurau, tidak urung ia tetap merasa jengah.

Hingga suatu ketika, Guru Galib membuka Al-Qur’an pada halaman depan sebelum Surat-surat Al-Qur’an. Tepatnya pada bagian petunjuk. Ia baru tahu tentang daerah artikulasi. Selama ini, ia menaruh fonem /r/ sedaerah artikulasi dengan /gh/, /k/, /q/. Dengan kata lain fonem /r/ yang “salah kamar”. Ia jadi tahu bagan penampang daerah artikulasi bahwa fonem /r/ sedaerah artikulasi dengan fonem /l/ dan /n/, di mana ujung lidah menyentuh langit-langit depan dekat gigi seri bagian dalam. Namun, mengucapkan kata-kata berfonem /r/ tidaklah mudah. Hal ini disebabkan kebiasaan sebelumnya.

Guru Galib punya tekad kuat untuk mengubah dan berubah. Sejumlah kata yang mengandung fonem /r/ ia ucapkan berulang-ulang. Misalnya : /bakar/, /cangkir/, /dinar/, /ekor/, /fakir/, /garuk/, /harapan/, /incar/, /jaring/, /kekar/, dan seterusnya.

Cadel (adakalanya disebut cedal) adalah kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan dalam melafalkan kata-kata yang terdapat fonem tertentu dengan benar. Misalnya kesulitan mengucapkan fonem /r/, /s/, atau /l/. Seringnya kondisi ini dialami oleh anak-anak yang baru mulai belajar berbicara. Namun, sebagai salah satu gangguan berbicara, sejumlah orang di antaranya terbawa hingga dewasa, bahkan sampai berumah tangga. Beruntung bahwa para tetangga tetap menerima kehadirannya, karena mereka menganggap bahwa masing-masing orang berkekurangan.

Gangguan berbicara yang termasuk cadel, misalnya :

Kata /besar/ yang diucapkan /besal/, /besakh/, /besang/

Kata /lurus/ yang diucapkan /lulus/, /lulukh/

Kata /terjun/ yang diucapkan /teljun/, /tekhjun/, /teyjun/

Kata /rugi/ yang diucapkan /lugi/, /yugi/, /khugi/

Seperti yang dikemukakan di atas, cadel disebabkan oleh seseorang menempatkan lidah sebagai alat ucapnya yang salah di dalam mulut. Hal ini mengingat bahwa setiap formasi alat ucap di dalam rongga mulut sangat berpengaruh pada fonem yang dihasilkan, dan hal ini tidak bisa ditukar. Jika ditukar bisa berakibat terbentuk kata yang berbeda atau malah jadi bukan kata yang tidak ada artinya.

Formasi alat ucap dalam rongga mulut bukan perkara aliran udara yang terhalang atau perlakuan aliran udara yang keluar dari tenggorokan, tetapi seluruh sistem dan mekanik yang dihasilkan sewaktu seseorang berbicara. Secara fisik, seluruh otot yang ada dalam rongga mulut sangat berpengaruh.

Suatu ketika untuk keperluan tertentu, sepasang suami isteri bersilaturrahiim di rumah Guru Galib. Dari maksud dan percakapan yang terjadi, ia tahu bahwa pasangan ini mengalami cadel. Dengan hati-hati ia menyampaikan permintaan maaf, dan ingin memberikan nasihat dengan harapan pasangan ini bisa mengatasi cadelnya. Diawali dengan pengalamannya sewaktu ia jadi guru. Ia merasa malu bahwa ia mengalami cadel. Kemudian ia menemukan bagan rongga mulut yang dipampangkan di halaman tertentu pada Al-Qur’an, yaitu Makhariju l-Huruf.

Lalu ia tunjukkan bagan tersebut kepada suami isteri yang bersangkutan. Dengan antusias mereka memperhatikan penjelasannya. Bahkan Guru Galib teringat sejumlah siswanya dulu mengalami cadel. Perbandingannya mungkin 1:123 ribu, artinya seorang anak yang mengalami cadel berbanding 123 ribu anak yang berbicara normal (apalah artinya perbandingan ini, wong belum ada survai membuktikan?).

Sejurus kemudian, Guru Galib bercerita tentang pengalaman mengajarnya. Sewaktu istirahat, ia panggil seorang siswa yang cadel, dan ia ajak berbincang di ruang BP seizin guru BP. Ia latih dan ia nasihati. Harapan tinggal harapan, sebab ia tidak mungkin memantau setelah ia lulus dari SMP.

Memang ada juga dokter yang menangani gangguan berbicara yang satu ini. Namun tidak mudah menemukan dokter spesialis semacam ini. Juga fenomena artikulasi, fonemik, fonetik, fonologi, dan teori komunikasi lebih banyak dipelajari oleh Guru Bahasa dan Ahli Bahasa. Beruntung Guru Galib sangat memahami dan pernah mengalami cadel yang sukses terbebas dari cadel secara otodidak.

Begitulah, salah satu perhatian Guru Galib, dalam hal ini seseorang yang mengalami cadel. Tentu dengan harapan bahwa orang yang bersangkutan bisa berlatih. Terlebih lagi bahwa mereka bersitekun membaca tartil Al-Qur’an sebagai bagian dari ibadah kepada Allah yang bisa mereka lakukan. Semoga Allah memberi hidayah dan meridhai.

Pangkur-Ngawi, 20221221.14440527.12.07

Penulis tinggal di Pangkur, Budayawan, di GPMB Ngawi sebagai Penasihat.