Generalisasi Sepintas Lalu

Desember 21, 2022 0 By Kusfandiari MM Abu Nidhat

Estuman Kusfandiari MM Abu Nidhat

Silogisme merupakan cara bernalar secara formal. Meski dalam kehidupan sehari-hari penalaran ini jarang ditemukan atau dilakukan, kita sering mengikuti polanya saja. Sebagai bagian dari silogisme, generalisasi diartikan cara bernalar yang bertolak dari pandangan individual yang dianggap simpulan yang berkekuatan tetap.

Sewaktu jadi guru dulu, Guru Galib ingat betul bahwa siswa kelas I berciri masih seperti anak-anak SD dan mengalami transisi. Siswa kelas II sudah menunjukkan ciri sebagai anak SMP yang ditandai nakal-nakalnya anak. Sedangkan siswa kelas III pola pikirnya sudah mulai mapan, tidak banyak tingkah yang disebabkan mereka akan menghadapi ujian akhir.

Sewaktu jam pertama Guru Galib tampil di Kelas II C. Ia menyajikan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sedang asyik-asyiknya mengajar, dari teras terdengar para siswa kelas lain yang mau mengikuti pelajaran olah raga, berseru yang ditujukan kepada siswa kelas IIC.

“Hai….. anak C cakep-cakep….”

Betapapun Guru Galib sedikit terganggu.

Kepada siswa kelas II C, ia berujar,”Kalian memang cakep-cakep, tetapi ….

“Cerewet, Pak!”

“Ceriwis, Pak!”

“Cemumut…..”

“Cemangat….”

Guru Galib pun tersenyum dan semakin bersemangat mengajar, karena dengan pancingan ringan, mereka antusias memperhatikan penjelasannya.

Apa yang dialami Guru Galib sewaktu menyajikan pelajaran merupakan contoh generalisasi. Ia mengenal betul bahwa anak perempuan yang cantik di kelas IIC itu bernama Dewi, Gigin, Irawati, Mariana, dan Pungky. Sedangkan anak-anak perempuan lainnya? Tak usahlah disurvai, kita batasi membahas generalisasi.

Meluas ke hal berikutnya,”Semua bintang film berwajah tampan.” Pernyataan ini hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya. Sangat menyakitkan karena pernyataan ini bakal menyindir “bintang film yang tidak berwajah tampan”, tetapi mujur sebagai public figure di mana job manggungnya mengalir deras. Dan tak perlu disebutkan di sini, sebab bakal terkena pasal body shaming.

Ada dua macam generalisasi, yaitu generalisasi sempurna dan generalisasi tidak sempurna. Generalisasi sempurna, ialah generalisasi di mana seluruh fenomena yang diselidiki menjadi dasar penyimpulan. Misalnya : sensus penduduk. Sedangkan generalisasi tidak sempurna, ialah generalisasi di mana penyimpulan diambil dari sebagian fenomenayang diselidiki dan dipaksa diterapkan untuk seluruh fenomena yang belum diselidiki. Misalnya : para seniman dan budayawan mengenakan topi copet (cop head).

Generalisasi bisa mengarah kepada saintifikasi (penyimpulan umum) maupun simplifikasi (penyederhanaan). Seperti pada pencantuman denah pada undangan. Denah yang ada tentu tidak menampilkan seluruh tanda geografi dengan skala rinci. Yang penting bahwa rute yang ditempuh bisa dipahami oleh para penerima undangan, meski lokasi tuan rumah tersembunyi.

Juga generalisasi berlaku pada pada sebuah peta. Dengan skala tertentu bisa ditampilkan seluruhnya. Namun, pada skala yang lebih kecil (bertambah padatnya isi peta, terbatasnya kemampuan pandang mata minimal 0,02 mm pada jarak 30 cm dari mata, hanya berlaku ukuran minimum objek penting yang harus ditampilkan.

Selanjutnya, kata “sepintas” menunjukkan keterangan cara. Kata ini biasanya diikuti dengan verba yang berkaitan dengan indera penglihatan (memandang, melihat, melirik, menonton), verba kesadaran (merenung, melamun, memikirkan, merasakan), dan verba komunikasi (berbicara, berbincang, bercakap), serta verba yang berkaitan dengan indera pendengaran (mendengar, menyimak). Misalnya:

Arman memandang lukisan itu sepintas; Pandanglah lukisan itu sepintas, Arman!

Banu melihat wajahnya sepintas; Lihatlah wajahnya sepintas, Banu!

Cecep melirik sikapnya sepintas: Liriklah sikapnya sepintas, Cecep!

Dani merenung peristiwa itu sepintas; Renungkan peristiwa itu sepintas, Dani!

Endah melamun kejadian kemarin sepintas; Lamunkan kejadian kemarin sepintas, Endah!

Farkhan memikirkan masa kecil sepintas; Pikirkan masa kecil sepintas, Farkhan!

Giman merasakan getirnya cobaan sepintas; Rasakan getirnya cobaan sepintas, Giman!

Harnu berbicara hal itu sepintas; Bicarakan hal itu sepintas, Harnu!

Irfan berbincang masalah itu sepintas; Bincangkan masalah itu sepintas, Irfan!

Joshua bercakap persoalan itu sepintas: Cakapkan persoalan itu sepintas, Joshua!

Kunik mendengar musik itu sepintas; Dengarkan musik itu sepintas, Kunik!

Luki menyimak percakapan mereka sepintas; Simaklah percakapan mereka sepintas, Luki!

Kata “sepintas” juga bisa diikuti dengan kata “lalu” sehingga menjadi frasa “sepintas lalu”. Merujuk silogisme yang baru saja dibahas tersebut di atas, bisa dikaitkan dengan kata “generalisasi”.

Ada pertanyaan yang mendasar, mengikuti jalan berpikir Guru Galib, yaitu “Generalisasi sepintas lalu ataukah sepintas lalu generalisasi(?)”

Pangkur-Ngawi, 20221221.14440527.11.26

Penulis tinggal di Pangkur, Budayawan, di GPMB Ngawi sebagai Penasihat.