Cool Agent

Desember 19, 2022 0 By Kusfandiari MM Abu Nidhat

Estuman Kusfandiari MM Abu Nidhat

Suatu ketika Guru Galib menulis tentang kolagen dengan sudut pandang yang berbeda. “Saya adalah serat berprotein sekitar 30% dari seluruh protein yang terdapat dalam tubuh, berdaya tahan kuat terhadap tekanan. Saya adalah struktur organik pembangun tulang, gigi, kulit, kornea mata, otot, pembuluh darah, dan sendi. Saya bermanfaat untuk menjaga elastisitas kulit, memberi struktur dan kekuatan pada tulang dan jaringan tubuh, menjaga dan meningkatkan massa otot, serta dapat meningkatkan kekuatan otot bagi pasien sarcopenia yaitu kondisi hilangnya massa otot karena penuaan.”

Guru Galib memang berusaha menunjukkan tulisan yang berbeda. Bahkan ia mencoba menghubungkan dua hal yang tidak ada hubungannya sama sekali. Analoginya begitu cair dan membuat orang lain tidak habis pikir. Kok bisa begitu ya? Jawabannya sederhana : Memang ada larangan? (malah bertanya).

Guru Galib pun sempat berkilah. Banyak orang mendefinisikan penulis adalah orang yang di dalam otaknya penuh gagasan. Dalam kehidupan sehari-hari,  ada saja yang perlu ditulis. Inilah yang membuat penulis berbeda dengan yang bukan penulis. Namun, tidak sekedar membedakan.

Siapapun pasti menghadapi dan mengalami penuaan. Semua boleh berharap panjang umur, namun penuaan tidak bisa dihindari. Dalam kesadaran seperti itulah, Guru Galib dan kawan-kawan, berusaha mencari kesibukan. Salah satu di antaranya bergabung dalam grup penulis.

Tidak usah merasa khawatir atau takut tidak bisa menulis. Bukankah dalam suatu usaha, selalu diawali dengan tidak bisa apa-apa. Yang penting ada usaha, ada kegiatan yang menunjukkan perubahan. Dan perubahan yang terjadi yakin bisa memberi manfaat bagi diri sendiri maupun orang-orang di sekitar.

Apapun wujudnya, tulisan merupakan wakil berpikir kita. Hasil pengalaman dan pengamatan tiba-tiba saja tertuang, tercurah begitu lancar. Meski, adakalanya sama sekali tidak tidak tersalurkan di ujung jemari. Tidak mengapa. Itulah dinamika dari menulis.

Jika kita memiliki bakat terpendam, talenta tersembunyi, maka jangan dibiarkan terpendam dan tersembunyi. Tuangkan ke dalam bentuk tulisan. Kualitas tulisan akan meningkat dengan sendirinya, manakala kita rajin berlatih : menulis, menulis, dan menulis. Sesungguhnya bekal dan modal tidak harus berupa finansial. Yang penting ada antusiasme, terbuka, dan semangat berliterasi. Kelak kita bakal jadi agen literasi.

Adapun bekal dan modal yang harus kita miliki, antara lain : membekali diri dengan pengetahuan kepenulisan, tidak bersikap sok tahu tetapi berupaya serba tahu untuk memperluas wawasan, tidak memandang diri sendiri sebagai pusat perhatian, jadi pendengar yang baik mampu menerima segala informasi, menghindari janji-janji palsu (berjanji tetapi tidak bisa mewujudkan, menerima janji tetapi kosong harapan), merasa setara dengan siapapun, memperhatikan kiprah dan keberhasilan penulis lain, tidak takut berkomunikasi dengan siapapun, tulus memberikan pujian terhadap teman yang berhasil menulis, tetap berusaha menjaga hubungan baik dengan siapapun.

Menguasai literasi media merupakan keniscayaan. Apapun wujudnya, media disediakan agar benar-benar dimanfaatkan untuk berliterasi. Di media itulah masing-masing berusaha mengasah keterampilan menulis. Jika memang tidak jadi pelopor literasi, setidak-tidaknya tetap produktif dalam menulis, itu sudah merupakan bagian kecil dari berliterasi. Pada gilirannya akan mengarah kepada menguatnya produktifitas, pola hidup sehat, kreatifitas dan inovasi yang pada gilirannya nanti peningkatan kesejahteraan.

Terlibat dalam kepengurusan GPMB merupakan kegiatan penuh kerelaan. Wadah ini merupakan agen literasi yang perlu kita junjung dan presiasi. Dalam memasyarakatkan minat baca kepada warga setempat, pengurus tidak sekedar menggiring mereka ke perpustakaan tertentu. Pengurus harus pandai-pandai menyisipkan nilai-nilai sugesti dan persuasif dengan mempertimbangkan:

1. pengembangan budi pekerti, empati dan toleransi dalam berinteraksi sosial

2. peningkatan nilai kepribadian lewat kegiatan produktif dan inovatif

3. pengembangan budaya literasi dan pembangunan warga literat

4. peningkatan kualitas penggunaan berbagai sumberdaya yang ada

5. pendirian taman bacaan masyarakat, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari agen literasi

6. pemasyarakatan slogan belajar dan belajar secara terus menerus

7. inventarisasi buku bacaan yang dibutuhkan warga setempat

8. penyusunan jadwal komitmen membaca dengan durasi tertentu

9. pengoptimalan penggunaan gawai untuk keperluan yang bermanfaat

10. menumbuhkembangkan gaya hidup literasi

11. pendampingan penuh secara terprogram dalam aksi nyata berliterasi, dan ekosistem literasi

12. terus menerus memberikan motivasi dan dan melakukan apresiasi terhadap warga yang telah melakukan aksi nyata berliterasi

Seperti yang digambarkan oleh Guru Galib,”Semoga pihak-pihak yang terlibat bisa memfungsikan diri sebagaimana layaknya kolagen.”

Be Cool Agent!

Pangkur-Ngawi, 20221219.14440525.03.25

Penulis tinggal di Pangkur, Budayawan, di GPMB Ngawi sebagai Penasihat.